Saturday, August 29, 2015

Ilmu Kereta - Sekilas tentang Lokomotif Uap

Pada bahasan yang telah lalu pernah di singgung mengenai lokomotif uap. Lokomotif uap adalah lokomotif penarik rangkaian Kereta yang menggunakan tenaga uap untuk menggerakkan roda-rodanya.Lokomotif Uap itu terdiri dari apa saja sih? dan bagaimana cara kerjanya, kok bisa dari uap bisa menggerakkan roda ? yuk kita cari tahu jawabannya..

Lokomotif uap merupakan generasi awal kereta api. Sebelum ditemukannya mesin diesel, mesin uap merupakan tenaga andalan bagi kegiatan manusia. transportasi massal kala itu yaitu kapal dan kereta di gerakkan oleh tenaga uap. Tenaga uap diperoleh melalui proses pemanasan air yang dengan menggunakan pembakaran kayu atau batu bara. Pada saat mesin uap diperkenalkan, jumlah kayu bakar masih melimpah, sehingga mesin uap berkembang pesat. Lokomotif uap juga mendapat energi untuk menggerakkan roda melalui pembakaran untuk memanaskan air dan menghasilkan uap. Uap yang dihasilkan akan memiliki tekanan yang kuat untuk menggerakan piston yang di gunakan untuk memutar roda lokomotif.

A. Bagian Lokomotif
Pada dasarnya, lokomotif terdiri dari beberapa bagian utama yaitu tungku, boiler, piston, cerobong dan roda. Namun seiring dengan perkembangan teknologi lokomotif uap, ditambahkan banyak komponen pendukung baik yang berfungsi untuk meningkatkan kekuatan lokomotif maupun untuk alasan keamanan.

Gambar 1 Bagian-bagian lokomotif uap

Tungku ( Fire Box ) merupakan tempat pembakaran bahan bakar lokomotif seperti kayu, batu bara atau residu. Bahan bakar dimasukan melaui lobang pada ujung tungku yang terletak di ruang masinis. Sementara  Asap hasil pembakaran akan di keluar melalui pipa menuju ujung satunya yang terletak jauh dari kabin masinis ( dalam istilah kereta Api di tanah air disebut sebagai Ujung Panjang / Long Hood ).

Boiler merupakan tempat "merebus" Air sehingga dihasilkan uap. Pada Boiler terjadi perpindahan panas dari api yang membakar bahan bakar di tungku menuju air. Perpindahan ini akan mendidihkan air sehingga terbentuk uap dan terkumpul sehingga mempunyai tekanan yang semakin lama semakin besar. Pada boiler terdapat pipa-pipa yang menghubungkan antara tungku dengan cerobong. Pipa ini berfungsi untuk memperluas bidang kontak perpindahan panas dari aliran udara panas dan api sehingga membantu mempercepat pemanasan sehingga uap akan lebih cepat dihasilkan. Uap air akan terkumpul pada boiler, dan akan dialirkan ke pipa uap melalui suatu katup pengatur yang terletak diatas boiler. pada Boiler juga terdapat katup pengaman yang berfungsi membuang uap jika terlalu banyak uap dan terjadi tekanan yang berlebihan.

Pipa uap ( Steam Pipe ) akan menyalurkan uap bertekanan tinggi menuju silinder. Sebelum menuju silinder, ditambahkan elemen superheater yang berfungsi untuk menaikkan suhu uap sehingga bisa dihasilkan uap yang lebih kering.

Dalam Silinder, uap bertekanan akan menggerakan piston. Piston ini akan menggerakan roda penggerak utama melalui batang penghubung ( connecting rod ). Setelah itu uap yang sudah terpakai akan di salurkan ke Smoke Box melalui Blast Pipe .

Pada Smoke Box, uap hasil pembuangan dari silinder akan membantu mendorong asap hasil pembakaran yang terjadi pada Tungku setelah melewati pipa boiler.  Asap yang terdorong serta bercampur uap akan keluar melalui cerobong yang terletak di bagian depan lokomotif. Adanya dorongan uap hasil pembuangan silinder ini lah yang membuat asap bisa membumbung dengan kuat seolah2 tertekan dari bawah serta menghasilkan suara khas lokomotif uap.

Roda penggerak utama tersusun dari satu atau lebih roda yang terhubung oleh connecting rod. Roda inilah yang akan menggerakan lokomotif uap. Selain rda penggerak juga terdapat roda idle atau roda yang hanya berputar mengikuti roda utama. Roda idle ini umumnya dipakai untuk mengurangi tekanan gandar yang di sebabkan oleh beratnya badan lokomotif uap.

Pada lokomotif besar, biasanya ditambahkan suatu bagian lokomotif yang disebut dengan Tender. Tender ini berfungsi untuk menyimpan cadangan bahan bakar dan juga air untuk boiler agar lokomotif bisa menempuh perjalanan jauh tanpa harus berhenti menambah cadangan bahan bakar atau air.

Sementara itu pada ruang masinis terdapat tuas-tuas pengendali seperti untuk arah maju mundur atau untuk mengatur jumlah uap yang masuk ke pipa uap melalui katup pengatur. Selain itu juga terdapat lobang untuk memasukan bahan bakar serta meter-meter tekanan yang menunjukkan tekanan uap pada boiler atau saluran pipa.


B. Prinsip Kerja katup Silinder dan Roda Lokomotif Uap
Dalam mesin uap, pergerakan katup akan mengatur uap masuk dan keluar pada saat yang tepat. Untuk silinder yang memiliki dua lobang, fungsi katup adalah memasukan uap superheated pada salah satu ujung sementara itu diujung lainnya akan mengeluarkan uap buang yang telah terpakai. Sebagai hasil dari keluar masuk uap pada kedua lobang ini secara berurutan, piston didorong maju dan mundur oleh uap bertekanan tinggi dari boiler. Untuk mengatur pergerakan katup, maka digunakan suatu sistem katup mekanik yang akan di bahas di bawah.

Untuk mengetahui bagaimana katup mempengaruhi kecepatan lokomotif, kita harus memahami beberapa istilah yang umum di antara operator lokomotif uap  dan para penggemar. Putaran mengacu pada jumlah overlap antara katup dan lobang. Pada lokomotif yang bergerak lambat, penutupan yang lebih lama pada lobang pembuangan memberikan waktu pada uap yang terperangkap di dalam silinder untuk memperkuat mendorong piston. Di sisi lain, pada kecepatan yang lebih tinggi, lobang pembuangan dibuat untuk membuka lebih cepat saat katup pada posisi tengah sehingga memungkinkan uap untuk keluar lebih cepat. Selanjutnya, lokomotif kecepatan yang lebih tinggi juga memiliki jangkauan panjang yang berarti bahwa lobang masuk sudah terbuka ketika piston berada pada akhir gerakannya sehingga ada tekanan uap yang cukup yang akan segera mendorong piston kembali untuk memulai gerakan berikutnya.


Cut-off menunjukkan posisi piston, pada saat katup menutup lobang masuk. Ketika mesin bekerja keras dan perlahan,  cut-off yang panjang mengijinkan uap untuk menggerakkan piston. Pada lokomotif yang berjalan cepat ini akan menyebabkan tekanan balik ke boiler. Untuk menghindari tekanan balik yang tidak perlu, cut-off berkurang sehingga uap diijinkan hanya 20% dari gerakan piston dan sisa gerakan adalah karena ekspansi uap bertekanan tinggi.

Gambar 2. Kurva Cut-Off tekanan pada silinder loko Uap

Diagram Indikator seperti salah satu diatas telah digunakan oleh para insinyur lokomotif uap selama era mesin uap untuk memperkirakan efisiensi lokomotif pada konversi energi uap ke tenaga yang berguna pada berbagai kecepatan dan cut off. Garis horisontal OA menunjukan tekanan saat uap memasuki silinder. Saat cut off, tekanan turun saat uap mengembang dan bekerja mendorong melawan piston. Setelah lobang pembuangan terbuka, garis arus balik CD menunjukan permulaan dari gerakan balik piston. Ditunjukan bahwa tekanan rendah adalah saat uap dibuang. Garis DE pada akhir dorongan balik menunjukan satu kenaikan tekanan yang disebabkan oleh kompresi pada uap yang tersisa setelah lobang pembuangan tertutup. Uap baru akan dimasukan kedalam silinder, tekanan naik ke titik O dan siklus berulang.

Gambar 3. Pergerakan katup pada silinder terhadap roda penggerak lokomotif


C. Walschaert System

Katup persneling lokomotif memungkinkan masinis untuk memilih cut off uap masuk dan membalik arah lokomotif. Salah satu dari sistem katup persneling yang paling umum digunakan pada lokomotif buatan Inggris adalah Walschaert System yang pertama dipatenkan pada 1844 oleh Egide Walschaerts, seorang insinyur Belgia. Pada awalnya sistem ini tidak populer hingga awal abad 20, namun sekarang secara umum diyakini sebagai desain katup persneling terbaik berdasarkan pada perawatan yang mudah.

Gambar 4. Skema dan komponen pada Walschaert System

Pada sistem ini, gerakan kedapan dan belakang poros katup ( valve spindle ) bergantung pada gerakan tuas kombinasi ( Combination lever ) dan penghubung tambahan ( Expansion link ). Combination Lever dikerjakan oleh crosshead pada akhir batang piston ( Piston Rod ). Mereka tersambung dengan expansion link oleh radius rod. Gerakan expansion link diperolah dari koneksinya dengan eccentric rod. Ujung lain dari eccentric rod yang dilekatkan pada crank axle menyebabkan gerakan seperti pendulum pada expansion link.

Gambar 5. Gerakan roda sebagai hasil kerja silinder menggunakan Walschaert System

Dengan menyetel posisi radius rod pada expansion link, kita dapat mengatur panjang perjalanan valve spindle. Ini dapat dilakukan dengan dengan menaik-turunkan reversing rod dari kabin. Selain itu dengan menggerakkan Radius Rod naik dan turun dari setengah expansion link maka akan membalik pergerakan lokomotif.

Gambar 6. Proses pembalikan arah pada lokomotif uap
sumber :http://trumpetb.net/loco/rodsr.html


Sumber bahan dan gambar ( kecuali gambar no.6 ) diambil dari https://straction.wordpress.com/how-the-steam-engine-of-the-locomotive-works/   dengan alih bahasa dan perubahan dan penambahan seperlunya.






Friday, August 14, 2015

Ilmu Kereta Api - Jenis dan kode susunan roda pada Lokomotif

Setelah kemarin membahas mengenai layanan KA di Indonesia, yuk kita bahas soal kereta secara umum yaitu mengenai tata cara pengkodean sususan roda pada lokomotif. bagaimana sih kode susunan roda pada lokomotif menurut standar yang berlaku ? yuk kita bahas

Klasifikasi umum Susunan Roda Lokomotif
Pada kendaraan rel khususnya Lokomotif, terdapat suatu susunan roda ( Wheel Arrangment ) yang diklasifikasikan berdasarkan bagaimana distribusi roda-roda tersebut di bawah lokomotif. Beberapa di bedakan menurut tipe, posisi dan koneksi dan kemudian dipakai di beberapa negara serta pada berbagai jenis lokomotif yaitu lokomotif uap, listrik maupun diesel. Terdapat 3 klasifikasi susunan roda yang dipakai secara umum di dunia yaitu AAR Wheel Arrangement, UIC Classification dan Whyte Notation.

1. AAR Wheel Arrangement
Merupakan Sistem klasifikasi yang dibuat oleh Asosiasi Perkereta-Apian Amerika atau Association of American Railroads ( AAR ). Klasifikasi ini digunakan luas di Amerika Utara yaitu untuk lokomotif diesel dan listrik, namun tidak untuk lokomotif uap.
Sistem AAR menghitung jumlah poros roda bukan jumlah keping rodanya. Untuk pengkodeannya digunakan kombinasi huruf dan angka yang menentukan jumlah poros serta jenis porosnya apakah poros penggerak ( yang terhubung dengan motor traksi atau gear box ) atau poros idle / tak berpenggerak.
Metode klasifikasinya AAR :
  • Poros penggerak diberikan huruf kapital yang menyatakan jumlah berdasarkan urutan abjad, yaitu "A" untuk 1 poros penggerak, "B" untuk 2 poros penggerak, "C" untuk 3 poros penggerak dan seterusnya.
  • Poros tak berpenggerak diberikan kode angka yang menyatakan jumlah, yaitu "1" untuk 1 roda tak berpenggerak, "2" untuk 2 roda tak berpenggerak, dan seterusnya.
  • Tanda "-" digunakan untuk menandakan roda-roda terletak pada bogie yang berbeda.
  • Tanda "+" digunakan jika menggunakan artikulasi.

Contoh Susunan Roda berdasarkan AAR Wheel Arrangement :
  • A1A-A1A : Berarti ada dua bogie pada lokomotif. Setiap bogie terdiri dari 1 poros berpenggerak - 1 poros tak berpenggerak - 1 poros berpenggerak.  Susunan ini umumnya dipakai untuk mendistribusikan berat kereta sehingga dapat  mengurangi tekanan gandar lokomotif.
  • B-B : Berarti ada dua bogie pada lokomotif. Setiap bogie terdiri dari 2 poros berpenggerak. umumnya digunakan pada lokomotif dengan kecepatan tinggi namun untuk angkutan ringan.
  • C-C : Berarti ada 2 bogie pada lokomotif. Setiap bogie terdiri dari 3 poros berpenggerak. Tipe ini banyak di gunakan pada lokomotif beban dan banyak digunakan di berbagai negara termasuk di Indonesia.
 Gambar 1. Lokomotif EMD GP60 yang termasuk tipe B-B



2. UIC Classification
Merupakan sistem klasifikasi susunan roda pada lokomotof yang dibuat oleh Persatuan Kereta Api Internasional atau International Union of Railways ( UIC / Union Internationale des Chemins de fer ). Selain menetukan standar klasifikasi roda lokomotif, UIC juga membuat untuk KRD/KRL serta Tram. Sama seperti AAR, Klasifikasi UIC merujuk pada jumlah poros , berpenggerak atau tidak serta konfigurasinya seperti apa.
Metode Klasifikasi UIC :
  • Jumlah poros di nyatakan secara berurutan dengan huruf Kapital dalam urutan abjad, mulai dari "A" yang berarti poros tunggal, "B" berarti 2 pasang poros, "C" berarti 3 poros roda berurutan dan seterusnya.
  • Poros tak berpenggerak di nyatakan dalam jumlah berurutan mulai dari angka 1 untuk poros tunggal.
  • Huruf kecil bawah ( Lower-case ) "o" menyatakan poros yang digerakan secara individual oleh motor traksi
  • Tanda kutip (') menyatakan poros terpasang dalam satu bogie
  • Tanda tambah (+) menyatakan lokomotif yang teridiri dari rangkaian yang disambung namun secara mekanik merupakan unit terpisah
  • Tanda kurung menyatakan grup huruf dan angka yang menyimbolkan konfigurasi poros dalam satu bogie.

Contoh susunan roda menurut UIC Classification :
  • (A1A)(A1A) : Berarti ada dua bogie pada lokomotif. Setiap bogie terdiri dari 1 poros berpenggerak - 1 poros tak berpenggerak - 1 poros berpenggerak.
  • BB : Berarti ada empat roda berpenggerak pada lokomotif, digerakan secara berpasangan, Setiap pasang tersambung dengan batang penghubung
  • B'B' : Berarti ada dua bogie pada lokomotif. Setiap bogie terdiri dari 2 poros berpenggerak yang tersambung dengan batang penghubung.
  • Bo'Bo' : Berarti ada dua bogie pada lokomotif. Setiap bogie terdiri dari 2 poros berpenggerak yang digerakan secara terpisah masing-masing oleh motor traksi.
  • Co'Co': Berarti ada dua bogie pada lokomotif. Setiap bogie terdiri dari 3 poros berpenggerak yang digerakan secara terpisah masing-masing oleh motor traksi.
Gambar 2. Lokomotif GE C40-8 ( Dash 8-40 ) yang termasuk tipe Co'Co'



3. Bilangan Whyte ( Whyte Notation )
Merupakan sistem klasifikasi susunan roda yang ditujukan khususnya untuk lokomotif uap yang dikembangkan oleh Frederick Methvan Whyte dan digunakan luas pada awal abad 20. Berbeda dengan klasifikasi AAR dan UIC, Bilangan Whyte bukan menghitung jumlah poros namun menghitung jumlah keping roda pada terpasang pada lokomotif. Konfigurasi menghitung jumlah roda pendahulu ( Leading Wheels ), Roda Penggerak ( Driving Wheels ) dan Roda Pengikut ( Trailing Wheel )
Metode Klasifikasi Bilangan Whyte :
  • Jumlah keping roda dinyatakan dalam angka
  • urutan penulisan adalah jumlah leading wheels kemudian jumlah Driving Wheels dan terakhir adalah jumlah Trailing Wheels
  • Jika tidak ada Leading Wheels atau Trailing Wheels maka tetap ditulis dengan angka 0.
  • Antar kelompok roda dihubungkan dengan tanda "-"
  • untuk Lokomotif Artikulasi tipe Garrat ditambahkan tanda "+" diantara susunan roda pada tiap mesin.
  • Untuk lokomotif Artikulasi tipe Mallet maka kelompok Driving Wheels bisa disebut dua kali
  • Terdapat tambahan huruf yaitu untuk menyatakan Tanki dengan huruf "T", Rack dengan huruf "R", lokomotif Fireless disimbolkan dengan huruf "F"

Contoh susunan roda menurut Bilangan Whyte :
  • 4-6-2 : Berarti lokomotif mempunyai 2 poros ( 4 keping roda ) Leading Wheels kemudian 3 poros ( 6 keping roda ) Driving Wheels dan 1 poros ( 2 keping roda ) Trailing Wheels.
  • 4-6-2+2-6-4 : Berarti merupakan lokomotif tipe Garrat yang terdiri dari 2 mesin yang tiap mesinnya mempunyai susunan 2 poros Leading Wheels, 3 poros Driving Wheels dan 1 poros Trailing Wheels.
  • 4-8-8-4 : Berarti merupakan Lokomotif tipe Mallet yang mempunyai 2 poros Leading Wheels, 2 kelompok driving wheels yang terdiri dari 4 poros dan kemudian 2 poros trailing wheels. 4-8-8-4 merupakan lokomotif yang dikenal sebagai Bigboy di Amerika Serikat.
Gambar 3. Lokomotif  Union Pacific "Bigboy" dengan susunan roda 4-8-8-4
( sumber : http://www.steamlocomotive.com/bigboy/4019b.jpg )



Klasifikasi Susunan Roda Lokomotif di Indonesia
Di Indonesia susunan roda lokomotif akan ikut menentukan penggolongan kelas. Lokomotif di Indonesia di bedakan menurut susunan roda serta jenis transmisinya kemudian urutan serinya. 2 Huruf di kelas lokomotif Indonesia menunjukkan susunan rodanya. Sistem pengkodeannya hampir sama dengan AAR namun hanya menghitung roda penggeraknya saja.

Contoh susunan roda berdasarkan kelas lokomotif di Indonesia :
  • CC : Lokomotif dengan 6 poros dengan 2 bogie yang masing-masing ada 3 poros roda berpenggerak
  • BB : Lokomotif dengan 4 poros dengan 2 bogie yang masing-masing ada 2 poros roda berpenggerak atau Lokomotif dengan 6 poros dengan 2 bogie namun ada 1 poros roda tak berpenggerak dan 2 poros roda berpenggerak ( A1A-A1A )
Gambar 4. Lokomotif Indonesia kelas BB203, mempunyai 6 poros dengan susunan A1A-A1A menurut AAR
 
 

Gambar 5. Beberapa contoh perbandingan susunan roda lokomotif menurut klasifikasi AAR, UIC dan kelas loko Indonesia

Naah..sekarang teman-teman udah tahu kan, apa saja dan bagaimana klasifikasi susunan roda atau Wheel Arrangement pada lokomotif. Mau tau lagi ilmu-ilmu kereta api dan railfans yang lainnya...tunggu terus update blog ini yaaa ..

Sunday, August 9, 2015

Ilmu Kereta Api - Layanan KA Penumpang Di Indonesia

Setelah sebelumnya kita membahas tentang Perkereta-apian di Indonesia, sekarang kita kupas lebih detail tentang Layanan KA Penumpang di Indonesia. Bagaimana sih layanan KA Penumpang di negara kita ini ? Yuk kita bahas

Layanan KA Penumpang di Indonesia sebagian besar terdapat di Pulau Jawa. Sementara di Pulau Sumatra, Angkutan barang lebih mendominasi dengan perbandingan yang signifikan terhadap KA Penumpang. KA Penumpang di Pulau Jawa memiliki berbagai rute dan layanan yang menghubungkan banyak kota besar maupun kecil. Sementara di Pulau Sumatra, layanan KA Penumpang menghubungkan beberapa kota yang hanya dilalui jalur KA saja. Di Sumatra Selatan, KA penumpang bahkan harus menempun waktu yang lebih lama untuk jarak yang sama di bandingkan dengan di Pulau Jawa. Hal ini karena tingginya trafik KA Babaranjang yang beroperasi tiap harinya.

Kelas dan Jenis Sarana
KA Penumpang di Indonesia secara umum terbagi menjadi 3 Kelas yaitu Ekonomi, Bisnis dan Eksekutif.
1. Kelas Ekonomi atau Kelas 3 ( K3 )
Kelas Ekonomi umumnya dipakai untuk layanan KA yang mempunyai tarif yang paling murah dibanding 3 kelas lainnya. Sarana kereta kelas ekonomi menggunakan kereta dengan formasi tempat duduk fix yang saling berhadapan serta dengan tipe kursi yang cenderung tegak. Sebelum tahun 2010, Semua kereta kelas ekonomi menggunakan kereta dengan kapasitas 106 penumpang yang dengan formasi 2-3 dan terdiri dari 24 baris dan tanpa dilengkapi dengan Air Conditioner ( AC ). Sarana kereta ekonomi K3 tahun 60-80 an merupakan impor dari Luar negeri yaitu dari Rumania dan Jepang. Kemudian semenjak PT.INKA berdiri, Kereta Ekonomi  mulai di buat di dalam negeri.

Gambar 1. Sarana Kereta Ekonomi 106 Penumpang ( livery Baru dan Lama )



Gambar 2. Denah Tempat duduk Kereta Ekonomi 106 penumpang

Pada tahun 2010, Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perkereta-Apian ( Dirjen KA ) Kementrian Perhubungan melakukan peningkatan pelayanan Kereta Ekonomi dengan memesan rangkaian Kereta K3 baru yang dilengkapi dengan AC kepada PT.INKA. Sarana hampir sama dengan Kereta Ekonomi sebelumnya namun mempunyai konfigurasi tempat duduk 2-2 dan kapasitas yang lebih sedikit yaitu 80 penumpang. Kemudian pada tahun 2012, PT.INKA atas pesanan dan permintaan Dari Dirjen KA Kembali memproduksi Kereta K3-AC dimana terdapat kereta K3 Khusus yang dilengkapi fasilitas Penyandang difabel. K3-AC Spesial ini mempunyai 2 buah toilet yang dimensinya lebih besar dan luas di banding K3-AC pada umumnya. Hal ini menyebabkan ruang penumpang menjadi sedikit berkurang yaitu hanya menampung 64 penumpang.

Gambar 3. Sarana K3-AC dengan 80 penumpang

Gambar 4. Denah Tempat duduk K3-AC 80 Penumpang

Gambar 5. Sarana K3-AC dengan fasilitas untuk penyandang Difabilitas

Gambar 6. Denah Tempat duduk K3-AC Spesial 64 Penumpang

Pada tahun 2014, Pesanan K3-AC berubah dari Dirjen KA menjadi oleh PT.KAI. PT KAI kemudian mengubah warna livery cat eksteriornya dari biru menjadi putih setrip oranye-biru. Livery inilah yang kemudian dijadikan standar oleh PT KAI untuk semua armada keretanya yang hanya berbeda di warna cat pintu saja.

Pada tahun 2012, PT KAI memulai kebijakan pemasangan AC di semua armada keretanya, sehingga secara bertahap semua kereta K3 non AC mulai dipasang AC dan sekarang semua kereta K3 sudah dilengkapi AC sehingga lebih nyaman dan sejuk serta dipasang power socket untuk charging handpone dan gadget.

2. Kelas Bisnis atau Kelas 2 ( K2 )
Kereta kelas Bisnis atau K2 merupakan armada yang umumnya dipakai untuk layanan KA kelas menengah atau yang mempunyai tarif diatas Kereta Ekonomi. Sarana kereta K2 mempunyai tempat duduk yang lebih nyaman dibandingkan dengan Kereta K3. Kursi yang di gunakan sedikit lebih condong ke belakang dan bisa diatur / di bolak balik ke arah depan atau belakang. Kereta K2 mempunyai kapasitas yang lebih sedikit dari K3 yaitu 64 Penumpang. Saat ini semua kereta K2 sudah dilengkapi AC dan power socket untuk keperluan charging mobile gadget.
Gambar 7. Sarana kereta K2

Gambar 8. Denah Tempat Duduk K2




3. Kelas Eksekutif atau Kelas 1 ( K1 )
Kereta kelas Eksekutif atau K1 merupakan sarana yang di gunakan untuk layanan KA kelas atas yang mempunyai tarif paling tinggi. K1 umumnya dipakai untuk layanan KA Ekspress Eksekutif maupun kelas Argo dimana kelas Argo merupakan layanan KA yang paling tinggi. Sarana kereta K1 mempunyai tempat duduk yang nyaman dan lega dengan kursi yang bisa disetel ( reclining seat ), AC sentral serta terdapat TV di kedua dinding ujung sebagai hiburan selama perjalanan. Tidak seperti K2 atau K3 dimana 2 atau 3 penumpang duduk di satu kursi yang sama, kursi pada kereta K1 di buat terpisah sehingga tiap penumpang bisa bebas mengatur kursinya tanpa mengganggu penumpang disebelahnya. Kereta K1 juga hanya mempunyai kapasitas 50 penumpang atau paling sedikit daripada kelas lainnya. Awalnya K1 juga impor dari luar negeri, namun semenjak PT.INKA berhasil membuat K1 Argo pada tahun 1995 maka armada K1 diproduksi di dalam negeri oleh PT INKA. K1 buatan PT INKA adalah tahun pembuatan 1995 s/d 2002, kemudian tahun 2008 s/d 2010. Serta beberapa penyehatan terhadap K1 Lama pada tahun 2008.

Gambar 9. Sarana Kereta K1


Gambar 10. Denah Tempat duduk K1



Pada tahun 2008, PT KAI melakukan retrofit atau penyehatan kembali kereta K1 lawas milik mereka. Perubahan yang dilakukan antara lain merubah jendela besar menjadi jendela kecil dan mengubah formasi tempat duduk untuk menempatkan ruang bagasi yang lebih besar serta merubah bagasi atas menjadi tertutup layaknya seperti di kabin pesawat. Selain itu toilet juga dikurangi hanya menjadi 1 buah tiap kereta.

Gambar 11. Sarana Kereta K1 Retrofit New Image

Gambar 12. Denah tempat duduk K1 Retrofit New Image


Kemudian pada tahun 2009, PT INKA meluncurkan kereta K1 baru dengan konsep New Image seperti pada K1 retrofit milik PT KAI. Perbedaan kereta ini dengan K1 retrofit adalah susunan tempat duduknya tetap mengikuti denah kereta K1 pada umumnya. 

Gambar 13. Sarana Kereta K1 New Image



Sementara itu untuk sarana kereta api untuk KA kelas Argo yang paling tinggi yaitu Argo Bromo Anggrek, di gunakan sarana yang berbeda dengan sarana K1 lainnya. Kereta K1 ini mempunyai desain Elegan serta menggunakan bogie K9 yang berbeda dengan sarana K1 lainnya. Kereta K1 ini dirancang lebih nyaman dan elegan sebagai kereta dengan kelas paling tinggi di Indonesia.

Gambar 14. Sarana Kereta Argo Bromo Anggrek



Mulai tahun 2014, dilakukan penyeragaman warna dan livery cat eksterior semua sarana kereta penumpang. Warna dasarnya adalah putih keabu-abuan dengan setrip selendang warna orange, putih dan biru. Untuk kelas kereta dibedakan berdasarkan tulisan kelas di dekat pintu serta warna cat pintu yaitu :
Biru  : Kelas 1 atau Eksekutif
Abu-Abu Gelap : Kelas 2 atau Bisnis
Oranye  : Kelas 3 atau Ekonomi


Jenis Layanan Angkutan KA Penumpang
Dari ketiga kelas tersebut, PT KAI selaku operator menyelenggarakan angkutan penumpang  yang terdiri dari beberapa kelas layanan yaitu

a. KA Lokal dan Komuter
Merupakan layanan KA antar kota dalam satu wilayah tertentu yang merupakan rute pendek atau menengah. Sementara Komuter merupakan layanan KA jarak pendek dengan frekuensi perjalanan bolak-balik yang tinggi dalam satu hari. KA Lokal pada umumnya dilayani dengan rangkaian K3, sedangkan KA Komuter dilayani dengan armada KRL atau KRD. KA Lokal tidak bisa dipesan secara online internet. Namun beberapa KA Lokal bisa dipesan pada stasiun-stasiun dimana masih dalam satu wilayah dengan KA tersebut. Sedangkan KA Komuter sama sekali tidak bisa dipesan dan hanya dilayani saat hari keberangkatan.
Berikut layanan KA Lokal dan Komuter di Indonesia :
1. KA Madiun Jaya ( Madiun - Solo - Jogjakarta PP )
2. KA Arjuno Ekspress ( Madiun  - Surabaya PP )
3. KA Penataran Dhoho ( Surabaya - Malang - Kediri - Kertosono - Surabaya PP )
4. KA Rangkas Jaya ( Jakarta - Rangkasbitung PP )
5. KA Patas Merak ( Jakarta - Merak PP )
6. KA Kalimaya ( Jakarta - Merak PP )
7. KA Banten Ekspress ( Merak - Jakarta PP )
8. KA Lokal Rangkas ( Rangkasbitung - Jakarta PP )
9. KA Patas Purwakarta ( Jakarta - Purwakarta PP )
10. KA Lokal Cikampek ( Jakarta - Cikampek PP )
11. KA lokal Bandung Raya ( Cicalengka - Bandung - Padalarang PP )
12. KA Lokal Cibatu ( Cibatu - Bandung - Purwakarta PP )
13. KA Lokal Babat ( Sidoarjo - Surabaya - Babat PP )
14. KA Lokal KRD Kertosono ( Surabaya - Kertosono PP )
15. KA Kaligung ( Semarang - Tegal PP )
16. KA Blora Jaya ( Cepu - Bojonegoro - Semarang PP )
17. KA Cepu Ekspress ( Cepu - Surabaya - Semarang - Cepu PP )
18. KA Probowangi ( Banyuwangi - Surabaya PP )
19. KA Pandanwangi ( Banyuwangi - Kalibaru - Jember PP )
20. KA Seminung ( Tanjungkarang - Kotabumi PP )
21. KA Way Umpu ( Tanjungkarang - Kotabumi PP )
22. KA Srilelawangsa ( Medan - Binjai, Medan - Tebingtinggi PP )
23. KA Kalijaga ( Solo - Semarang PP )
24. KRL Jabodetabek
25. KRD Prambanan Ekspress ( Solo - Jogjakarta - Kutoarjo PP )
26. KRD Sriwedari ( Solo - Jogjakarta PP )
27. KRD Komuter Sidoarjo
28. KRD Kedungsepur
29. KRD Perintis Jenggala ( Mojokerto - Tulangan - Sidoarjo PP )

b. KA Ekonomi bersubsidi ( KA Ekonomi PSO )
Merupakan layanan KA Kelas 3 jarak jauh dan menengah antar kota antar propinsi yang harga tiketnya mendapat subsidi dari pemerintah. Oleh karena itu layanan ini memiliki harga tiket yang murah dan memang ditujukan untuk rakyat sebagai wujud tanggung jawab pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kepada rakyatnya. KA EKonomi PSO menggunakan sarana K3 dengan 106 penumpang sebagai armada utamanya. Sebelum tahun 2012, KA ini terkenal dengan layanan KA yang murah meriah namun semrawut dan tidak nyaman. Penumpang yang berdiri dan berdesakan bahkan meluber hingga atap saat masa-masa liburan terutama lebaran, serta banyaknya pedagang asongan serta pelaku tindak kejahatan seperti pencopet adalah pemandangan biasa KA EKonomi PSO. Namun setelah kebijakan pembatasan jumlah penumpang serta pemasangan AC pada tahun 2012, image KA ini berubah drastis menjadi KA yang murah namun nyaman. Bhkan sekarang, Tiket KA EKonomi PSO sudah bisa dipesan secara online via internet bahkan sejak 90 Hari sebelum keberangkatan seperti hal nya KA kelas diatasnya.
KA EKonomi PSO melayani perjalanan dengan rute yang menghubungkan kota-kota besar dan juga ibukota antar propinsi. Layanan KA Ekonomi PSO di Indonesia menurut Jadwal KA 2015 adalah sebagai berikut :
1. KA Matarmaja ( Malang - Semarang - Jakarta PP )
2. KA Gayabaru Malam Selatan ( Jakarta - Jogjakarta - Surabaya PP )
3. KA Kertajaya ( Surabaya - Semarang - Jakarta PP )
4. KA Brantas ( Kediri - Semarang - Jakarta PP )
5. KA Bengawan ( Solo - Jogjakarta - Jakarta PP )
6. KA Progo ( Jogjakarta - Jakarta PP )
7. KA Pasundan ( Bandung - Jogjakarta - Surabaya PP )
8. KA Kahuripan ( Kediri - Jogjakarta - Bandung PP )
9. KA Tawang Jaya ( Semarang - Jakarta PP )
10. KA Kutojaya Utara ( Kutoarjo - Jakarta PP )
11. KA Kutojaya Selatan ( Kutoarjo - Bandung PP )
12. KA Logawa ( Purwokerto - Jogjakarta - Surabaya - Jember PP )
13. KA Serayu ( Purwokerto - Bandung - Jakarta PP )
14. KA Sritanjung ( Banyuwangi - Surabaya - Jogjakarta PP )
15. KA Tegal Arum ( Tegal - Jakarta PP )
16. KA Tawang Alun ( Malang - Banyuwangi PP )
17. KA Putri Deli ( Medan - Tanjungbalai PP )
18. KA Siantar Ekspres ( Medan - Pematangsiantar PP )
19. KA Sibinuang ( Padang - Pariaman PP )
20. KA Rajabasa ( Lampung - Palembang PP )
21. KA Bukit Serelo ( Palembang - Lubuklinggau PP )


c. KA Ekonomi Komersial (KA EKonomi non PSO )
Merupakan layanan KA kelas 3 jarak jauh dan menengah namun tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah sehingga harganya diatas KA EKonomi PSO. Sebagai kompensasinya, sarana yang digunakan adalah kereta K3-AC 80 seat sehingga penumpang lebih nyaman dan lega. Namun ada juga beberapa KA Ekonomi non PSO yang tetap menggunakan sarana K3 Biasa, namun waktu tempuhnya lebih cepat daripada KA Ekonomi PSO.
Layanan KA Ekonomi Non PSO menurut Jadwal KA 2015 adalah sebagai berikut :
1. KA Majapahit ( Malang - Semarang - Jakarta PP )
2. KA Krakatau ( Kediri - Jogjakarta - Jakarta - Merak PP )
3. KA Jayabaya ( Malang - Surabaya - Semarang - Jakarta PP )
4. KA Jaka Tingkir ( Solo - Jogjakarta - Jakarta PP )
5. KA Bogowonto ( Jogjakarta - Jakarta PP )
6. KA Gajahwong ( Jogjakarta - Jakarta PP )
7. KA Menoreh ( Semarang - Jakarta PP )
8. KA Kamandaka ( Purwokerto - Semarang PP )
9. KA Maharani ( Surabaya - Semarang PP )
10. KA Tegal Ekspress ( Tegal - Jakarta PP )

d. KA Bisnis
Merupakan layanan KA kelas 2 Jarak jauh dan menengah yang lebih tinggi dari KA Ekonomi. Harga tiket KA Bisnis lebih mahal daripada KA EKonomi, namun memiliki waktu tempuh yang lebih singkat dibanding KA Ekonomi. Sarana yang digunakan adalah kereta K2 64 Seat. Saat ini semua K2 sudah dilengkapi dengan AC.
Keberadaan KA Binis semakin sedikit semenjak KA Ekonomi non PSO mulai diluncurkan. Beberapa KA bisnis  di hapus serta ada juga yang awalnya adalah KA bisnis kemudian menjadi KA Ekonomi non PSO. Beberapa KA Bisnis yang dihapus adalah KA Senja Singosari yang kemudian digantikan oleh KA Majapahit, kemudian KA Fajar dan Senja Semarang yang diubah menjadi KA Menoreh.
Berikut layanan KA Bisnis yang masih bertahan di jadwal KA 2015 :
1. KA Fajar Utama Jogja ( Jogjakarta - Jakarta PP )
2. KA Senja Utama Jogja ( Jogjakarta - Jakarta PP )
3. KA Senja Solo ( Solo - Jogjakarta - Jakarta PP )
4. KA Mutiara Selatan ( Bandung - Jogjakarta - Surabaya PP )
5. KA Sarangan Ekspres ( Surabaya - Madiun PP )
6. KA Sawunggalih ( Kutoarjo - Jakarta PP )

e. KA Campuran
Merupakan layanan KA jarak jauh dan menengah yang mengkombinasikan antara kelas 1, 2 dan 3. Layanan ini menggunakan sarana campuran baik itu kereta K3, K3-AC, K2 maupun K1. KA Campuran jumlahnya lebih banyak daripada KA Bisnis dan KA Ekonomi non PSO. Layanan KA ini memungkinkan penumpang untuk bisa memilih kelas kereta yang diinginkan dalam satu perjalanan. Pada awalnya KA Campuran ini hanyalah KA yang berisi kereta Bisnis dan Eksekutif saja. Namun dalam perkembangannya di gunakan juga kombinasi Eksekutif - Ekonomi bahkan semua kelas sekaligus dalam satu rangkaian.
Layanan KA Campuran menurut jadwal KA 2015 adalah :
1. KA Sancaka ( Jogjakarta - Surabaya PP, campuran K2 dan K1 )
2. KA Purwojaya ( Cilacap - Purwokerto - Jakarta PP , campuran K2 dan K1 )
3. KA Cirebon Ekspres (Cirebon - Jakarta PP , campuran K2 dan K1 )
4. KA Tegal Bahari ( Tegal - Jakarta PP, campuran K2 dan K1 )
5. KA Gumarang ( Jakarta - Semarang - Surabaya PP , campuran K3, K2 dan K1 )
6. KA Harina ( Bandung - Semarang - Surabaya PP, campuran K2 dan K1 )
7. KA Mutiara Timur ( Banyuwangi - Surabaya PP , campuran K2 dan K1 )
8. KA Lodaya ( Solo - Jogjakarta - Bandung PP, campuran K2 dan K1 )
9. KA Malioboro Ekspress ( Jogjakarta - Malang PP, campuran K3-AC dan K1 )
10. KA Ciremai ( Bandung - Cirebon PP, campuran K3 dan K1 )
11. KA Siliwangi ( Bogor - Cianjur PP, campuran K3 dan K1 )
12. KA Malabar ( Malang - Jogjakarta - Bandung PP, campuran K3, K2 dan K1 )
13. KA Sribilah ( Medan - Rantauprapat PP, campuran K2 dan K1 )
14. KA Sriwijaya ( Lampung - Palembang PP, campuran K2 dan K1 )
15. KA Sindang Marga ( Palembang - Lubuklinggau, campuran K2 dan K1 )


f. KA Eksekutif Satwa / Unggulan
Merupakan layanan KA kelas 1 yang menggunakan sarana K1 secara keseluruhan dalam satu rangkaian. KA ini melayani rute-rute padat dan menghubungkan antar ibukota propinsi. KA ini juga mengutamakan waktu tempuh yang paling singkat daripada KA kelas lain di bawahnya, sehingga stasiun pemberhentiannya pun lebih sedikit. KA ini juga mempunyai prioritas lebih tinggi jika bertemu dengan KA Ekonomi, Bisnis maupun Campuran. KA Eksekutif Unggulan, selain menggunakan full K1, juga menggunakan kereta makan dan Pembangkit listrik yang terpisah tidak seperti pada kelas Ekonomi dan bisnis.
Berikut KA Eksekutif Unggulan menurut Jadwal KA 2015 :
1. KA Gajayana ( Malang - Jogjakarta - Jakarta PP )
2. KA Bima ( Jakarta - Jogjakarta - Surabaya - Malang PP )
3. KA Sembrani ( Jakarta - Semarang - Surabaya PP )
4. KA Turangga ( Surabaya - Jogjakarta - Bandung PP )
5. KA Taksaka ( Jogjakarta - Jakarta PP )
6. KA Bangunkarta ( Surabaya - Semarang - Jakarta PP )

g. KA Argo
Merupakan layanan KA kelas 1 dan yang paling tinggi yang dioperasikan oleh PT KAI. Pada awalnya, KA Argo menggunakan sarana K1 dengan brand ARGO, yaitu K1 dengan kenyamanan yang lebih tinggi di bandingkan K1 yang dipakai oleh KA Eksekutif. Namun sekarang rangkaian KA Argo terkadang dicampur dengan K1 milik KA Eksekutif unggulan karena sarana yang sudah disamakan. KA Argo menawarkan kecepatan dan ketepatan waktu, sehingga KA Argo memiliki prioritas tertinggi diantara layanan KA penumpang yang ada bahkan terhadap KA Barang. Pemberhentian KA Argo juga paling sedikit, sehingga bisa memangkas waktu tempuh.
Layanan KA Argo menurut Jadwal KA 2015 adalah :
1. Argo Bromo Anggrek ( Surabaya - Semarang - Jakarta PP )
2. Argo Wilis ( Bandung - Jogjakarta - Surabaya PP )
3. Argo Lawu ( Solo - Jogjakarta - Jakarta PP )
4. Argo Dwipangga ( Solo - Jogjakarta - Jakarta PP )
5. Argo Sindoro ( Semarang - Jakarta PP )
6. Argo Muria ( Semarang - Jakarta PP )
7. Argo Jati ( Cirebon - Jakarta PP )
8. Argo Parahyangan ( Bandung - Jakarta PP )

Catatan Tambahan
Di beberapa kota besar, terdapat 2 stasiun besar yang membedakan pemberhentian antara KA kelas Ekonomi, Bisnis maupun Eksekutif / Argo. Hal ini harus di cermati betul oleh para penumpang agar menuju stasiun yang benar sesuai KA yang akan dinaikinya.
 Beberapa Kota besar yang membedakan pemberhentian KA nya adalah :
  1. Jakarta : KA Argo, EKsekutif dan Campuran berhenti di Stasiun Gambir, Sedang KA Ekonomi PSO, non PSO dan Bisnis berhenti di Stasiun Pasar Senen.
  2. Cirebon : KA Argo, Eksekutif, Campuran dan Bisnis berhenti di stasiun Cirebon, Sedangkan KA Ekonomi PSO dan Non PSO berhenti di Stasiun Cirebon Prujakan.
  3. Bandung : KA Argo, Eksekutif, Campuran dan Bisnis berhenti di Stasiun Bandung, Sedangkan KA EKonomi berhenti di Stasiun Kiaracondong.
  4. Semarang : KA Argo, Eksekutif, Campuran, Bisnis dan Ekonomi non PSO berhenti di Stasiun Semarang Tawang, sedangkan KA Ekonomi non PSO berhenti di Stasiun Semarang Poncol. KA Lokal berhenti di kedua stasiun tersebut kecuali ke arah Tegal.
  5. Jogjakarta : KA Argo, Eksekutif, Campuran berhenti di Stasiun Jogjakarta, sedangkan KA Ekonomi PSO dan non PSO berhenti di Stasiun Lempuyangan. KA lokal dan Komuter berhenti di kedua stasiun tersebut.
  6. Solo : KA Argo, Eksekutif, Campuran berhenti di Stasiun Solo Balapan. KA EKonomi PSO dan non PSO arah ke Jogja berhenti di stasiun Purwosari, sementara ke arah semarang berhenti di Solo Jebres. KA Lokal dan Komuter berhenti di ketiga stasiun tersebut ( kecuali prameks dan Sriwedari tidak sampai Solo jebres )
Bagaimana ? sekarang sudah tau kan bagaimana layanan KA di negara Indonesia ini
Semoga bisa membantu rekan rekan netizen yang membutuhkan...

Friday, August 7, 2015

Ilmu Kereta - Perkereta-apian di Indonesia


Halooo netizen...
akhirnya bisa berjumpa lagi nih setelah sekian lama saya tidak posting di karenakan tugas dinas luar kota yang disusul liburan panjang lebaran. Sebelumnya saya ucapkan Taqqoballahu Minna Wa Minkum,  Minal Aaidzin wal Faaizin.
Oke deh, kali ini kita bahas mengenai seperti apa sih Perkereta Apian di Negeri Indonesia ini. Siapa saja operatornya dan apa saja layanannya, yuk kita simak.


Sejarah Singkat Kereta Api di Indonesia
Kereta Api ( KA ) di Indonesia diawali dengan dilakukannya pembangunan jalan kereta api dengan rute Semarang - Tanggung sejauh 26 Km yang dimulai tahun 1864 dan selesai pada tahun 1867 oleh perusahaan swasta Hindia Belanda yaitu NIS atau NISM ( Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij ). Rel yang di bangun adalah menggunakan lebar sepur 1435mm. Jalur ini mulai di buka pada tanggal 10 Agustus 1867. Keberhasilan NIS akhirnya di ikuti oleh berbagai perusahaan swasta lain yang juga membangun jalur KA di daerah lain terutama di Pulau Jawa dan Sumatra. Pertumbuhan jalur KA pada periode 1864 - 1900 sangat pesat yaitu dari hanya 25 Km menjadi 3300 Km lebih pada tahun 1900. Kala itu banyak perusahaan swasta Hindia Belanda yang mengelola atau sebagai operator KA.
Beberapa Perusahaan yang menguasai jalur-jalur KA maupun Trem jarak menengah dan jauh  antara lain yaitu :
NIS ( Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij ), Mengelola jalur KA Semarang - Solo - JOgjakarta serta Batavia ( jakarta ) - Buitenzorg ( Bogor ).
SCS ( Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij ), Mengelola jalur trem Semarang - Cirebon.
SJS ( Semarang-Joana Stoomtram Maatschappij ), Mengelola jalur trem di wilayah Semarang, Kudus, Rembang, Pati, Blora hingga Tuban. Namun semua jalur KA ini sudah tidak aktif lagi sekarang
MSM ( Madoera Stoomtram Maatschappij ), mengelola jalur trem di Pulau Madura
SDS ( Serajoedal Stoomtram Maatschappij ), mengelola jalur Trem di wilayah karesidenan Banyumas
SS ( Staatsspoorwegen ), merupakan Perusahaan Kereta Api milik Pemerintah Hindia Belanda. SS mengelola Jalur-jalur utama KA yang menghubungkan kota-kota besar terutama di Pulau Jawa. Jalur SS inilah yang sampai sekarang masih aktif digunakan untuk angkutan KA di pulau Jawa.
DSM ( Deli Spoorweg Maatschappij ), Mengelola Jalur KA di Sumatra Utara dan sebagian masih aktif hingga sekarang
ZSS ( Staatsspoorwegen op Zuid-Sumatra ), merupakan perusahaan Pemerintah, Mengelola jalur KA di Sumatra Selatan dan sebagian besar masih aktif hingga sekarang
SSS ( Staatsspoorwegen ter Sumatra's Westkust ),merupakan perusahaan Pemerintah, Mengelola jalur KA di Sumatra Barat dan sebagian sudah tidak aktif
ASS atau AT ( Atjeh Tram ), Mengelola jalur Trem di wilayah Aceh, mulai dari Banda Aceh hingga Langsa dan bertemu dengan jalur KA besar milik DSM.

Serta masih banyak perusahaan lain yang umumnya mengelola jalur-jalur tram jarak pendek.

Kala itu jaringan KA Hindia Belanda termasuk besar di wilayah Asia Tenggara. Namun saat Indonesia di duduki Jepang, banyak jalur KA yang di nonaktifkan dan dicopot untuk di bawa dan dipasang di Burma. Jepang juga menyamakan standar rel menjadi 1067mm.

Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, SS yang kala itu dikuasai Jepang diambil alih oleh para karyawannya melalui Angkatan Muda Kereta Api ( AMKA ) dan kemudian berdirilah Djawatan Kereta Api Republik Indonesia ( DKARI ). DKA RI inilah yang sekarang menjadi PT.Kereta Api (Persero), BUMN yang menguasai KA di Indonesia.

Jalur KA Di Indonesia
Jalur KA di Indonesia sebagian besar terletak di Pulau Jawa dan menghubungkan Kota-kota besar serta Ibu Kota propinsi yang ada di Pulau Jawa. Selain itu Jalur KA juga terdapat di pulau Sumatra walau masih terpisah dan belum tersambung.
1. Pulau Jawa : Terdiri dari dua jalur utama yaitu jalur utara yang menghubungkan antara Merak - Jakarta - Semarang Surabaya. Jalur Selatan yaitu menghubungkan antara Jakarta - Bogor - Bandung - Jogja - Solo - Surabaya. Kemudian jalur timur dari surabaya menuju Banyuwangi. Jalur tengah yang menghubungkan antara Jalur utara dan selatan yaitu Kroya - Cirebon dan Solo - Semarang. Jalur kantong Jawa timur yang menghubungkan Kertosono - Blitar - Malang - Bangil.
Saat ini Jalur utama Utara jawa sudah Jalur Ganda atau double track, kemudian lintas Kutoarjo -  Jogja - Solo serta Purwokerto - Cirebon. Kedepannya jalur selatan Surabaya - Madiun - Jogja - Kroya - Purwokerto - Cirebon juga akan menjadi jalur ganda untuk mempersingkat waktu tempuh dan meningkatkan kapasitas perjalanan KA.

Gambar 1. Peta Jalur KA di Pulau Jawa

2. Pulau Sumatra : Sumatra bagian utara menghubungkan antara Binjai - Medan - Rantaprapat - Tanjung Balai. Sumatra bagian barat menghubungkan Teluk Bayur - Padang - Sawahlunto. Sumatra Bagian selatan menghubungkan antara Bandar Lampung - Palembang - Lubuklinggau. Sebagian besar angkutan KA di Pulau Sumatra masih di dominasi oleh Angkutan Barang terutama batubara di Sumatra Selatan serta Semen di Sumatra Barat.

Gambar 2. Peta Jalur KA di Pulau Sumatra
( sumber : www.kereta-api.co.id )

Saat ini telah dilakukan peletakan batu pertama pembangunan jalur KA sulawesi. Kemudian Jalur KA juga akan dibangun di Pulau Kalimantan. Kabar terbaru, jalur KA juga akan di bangun di Pulau Irian. Jika mengacu pada RIPNAS, maka jalur KA akan di bangun di semua Pulau Besar di Indonesia. Dan nantinya Jalur KA Sumatra yang sekarang terpisah juga akan di koneksikan menjadi satu seperti halnya di Pulau Jawa.

Operator KA
Saat ini ada 3 Perusahaan yang mengelola atau sebagai operator Angkutan KA di Indonesia.
1. PT Kereta Api Indonesia (persero)
PT.Kereta Api atau disingkat PT.KA merupakan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) yang berdiri sejak tahun 1945 dengan nama awal DKARI. Dalam perjalannya PT.KA telah berganti-ganti nama dan status perusahaan. Pada awalnya, berdiri Jawatan yang disebut DKARI. DKARI kemudian berubah menjadi perusahaan Negara yang kemudian disebut sebagai PNKA ( Perusahaan Negara Kereta Api ). PNKA kembali berubah status menjadi Perusahaan Jawatan yang bernama PJKA (perusahaan Jawatan Kereta Api ). Pada tahun 1990, PJKA berganti status menjadi Perusahaan Umum dan berganti nama menjadi Perumka ( Perusahaan Umum Kereta ). Pada tahun 1999, Perumka diubah menjadi Perusahaan Perseroan dan kembali berganti nama menjadi PT.Kereta Api Indonesia (persero) hingga sekarang.
PT.KAI terbagi menjadi 9 Daerah Operasi dan 3 Divisi Regional yaitu :
  • Daerah Operasi 1 Jakarta
  • Daerah Operasi 2 Bandung
  • Daerah Operasi 3 Cirebon
  • Daerah Operasi 4 Semarang
  • Daerah Operasi 5 Purwokerto
  • Daerah Operasi 6 Jogjakarta
  • Daerah Operasi 7 Madiun
  • Daerah Operasi 8 Surabaya
  • Daerah Operasi 9 Jember
  • Divisi Regional 1 Sumatra Utara dan Nangroe Aceh Darussalam
  • Divisi Regional 2 Sumatra Barat
  • Divisi Regional 3 Sumatra Selatan

Untuk Kantor Pusat PT.KAI sendiri terletak di Kota Bandung, Jawa Barat

2. PT. Railink
PT.Railink merupakan anak perusahaan patungan antara PT.KAI(persero) dengan PT. Angkasa Pura(persero). PT.Railink mengelola angkutan KA Bandara. Saat ini baru ada di Medan, yaitu angkutan KA Bandara Kuala Namu - Medan dengan armada KRD. Saat ini sedang dilakukan pembangunan jalur KA Bandara Soekarno - Hatta di Cengkareng. KA Bandara Soekarno - Hatta rencannya akan menggunakan armada KRL.

Gambar 3. Armada Angkutan KA Bandara Kualanamu
( sumber website resmi PT.Railink )

3. PT. KAI Commuter Jabodetabek ( KCJ )
PT. KCJ juga merupakan anak perusahaan dari PT.KAI (persero) yang mengelola angkutan KA Komuter KRL di wilayah Jakarta,Bogor,Depok,Tangerang dan Bekasi. KA Komuter ini terletak di daerah Metropolitan Jakarta sehingga selalu penuh saat jam-jam berangkat kerja di pagi hari serta jam pulang kerja di sore hingga malam hari. Armada yang digunakan adalah KRL yang sebagian besar merupakan ex-Jepang. Ada 6 Jalur Operasional yang aktif yaitu :
  • Jalur Loop Line Bogor/Depok - Tanah Abang - Kampung Bandan - Jatinegara
  • Jalur Jakarta Kota - Manggarai - Jatinegara - Bekasi ( akan diperpanjang hingga Cikarang )
  • Jalur jakarta Kota - Manggarai - Bogor/Depak
  • Jalur Duri - Tangerang
  • Jalur Tanah Abang - Serpong - Parungpanjang - Maja ( akan diperpanjang hingga Rangkasbitung )
  • Jalur feeder Jakarta Kota - Kampung Bandan

Gambar 4. Peta Jalur Komuter KRL Jabodetabek

Dari 6 jalur tersebut terdapat beberapa stasiun Transit yaitu : Manggarai, Jatinegara, Tanahabang, Duri dan Kampung Bandan

Angkutan KA
Terdapat Beberapa Jenis Angkutan KA yaitu
1. KA Penumpang
KA Penumpang di Indonesia terbagi menjadi 3 kelas Utama yaitu EKonomi, Bisnis dan Eksekutif. 3 Kelas utama tersebut terbagi lagi menjadi beberapa layanan KA yaitu :
a. Kelas Ekonomi Jarak Jauh dan menengah PSO / Subsidi
b. Kelas Ekonomi AC non PSO
c. Kelas Bisnis
d. Kelas Campuran
e. Kelas Eksekutif Satwa / unggulan
f. Kelas Argo
g. KA Lokal
Untuk pembahasan mengenai layanan KA Penumpang akan di bahas di kemudian Hari


2. KA Barang
Ada beberapa jenis angkutan barang berdasarkan komoditi yang diangkut yaitu :
a. KA Batubara
KA Batubara terdapat di Sumatra Selatan dan Cigading - Bekasi.Pada umumnya Komiditi yang diangkut adalah milik Perusahaan Tambang yang kemudian menyewa angkutan KA ini. KA Batubara yang paling besar ada di sumatra selatan yaitu angkutan Batu Bara PT. Bukit Asam dari Niru menuju Tarahan, dimana KA Batubara menggunakan rangkaian yang terdiri dari 43 hingga 60 gerbong yang dikenal dengan sebutan KA Babaranjang ( Batubara Rangkaian Panjang ). KA Babaranjang menggunakan armada gerbong jenis KKBW yaitu gerbong curah bak terbuka dengan kapasitas 50 Ton yang ditarik hingga 3 lokomotif. Selain dari Niru ke Tarahan, ada juga KA Batubara dari Niru atau Sukacinta menuju Palembang. KA Batubara ini cenderung lebih pendek dengan menggunakan armada KKBW 35 Ton serta PPCW Gerbong datar yang membawa kontainer terbuka berisi batu bara dan ditarik hingga 2 lokomotif. Selain PT. Bukit Asam, ada juga perusahaan lain yang mempercayakan angkutan batubara kepada PT.KAI yaitu PT. BMSS dan PT.BAU

Gambar 5. KA Babaranjang


b. KA Semen
Beberapa Perusahaan Pabrik Semen mempercayakan angkutan produknya kepada PT.KAI. Angkutan semen ini disewa oleh PT. Holchim, PT. Semen Tiga Roda serta PT.Semen Padang. KA Semen awalnya menggunakan gerbong GGW atau Gerbong tertutup dan KKW atau tanki curah. Namun sekarang GGW sudah digantikan dengan armada PPCW yang beberapa diantaranya menggunakan kontainer seperti milik PT. Holchim. untuk metode pengangkutan dengan gerbong PPCW tanpa kontainer, Semen disusun dalam pallet kemudian ditutup terpal dan diikat kuat. Khusus untuk KA Semen di Sumatra Barat, armadanya menggunakan gerbong Tanki GGW dimana semen yang diangkut merupakan semen curah dan bukan kemasan.

 Gambar 6. KA Semen Holchim dengan armada PPCW campuran Kontainer dan Terpal

c. KA Barang Kontainer Antaboga
Merupakan angkutan KA Petikemas yang melayani rute Jakarta - Surabaya melalui jalur utara pulau Jawa serta Jakarta - Gedebage (Bandung). Armada KA ini menggunakan gerbong PPCW. Untuk Jalur Utara, dalam sehari terdapat kurang lebih 10 perjalanan KA ini. Dalam 1 rangkaian terdiri dari 10 hingga 30 Gerbong dan ditarik 1 lokomotif

Gambar 7. KA Barang Kontainer Antaboga

d. KA Parcel
Merupakan angkutan barang ekspress yang melayani rute Jakarta - Surabaya. Armada KA ini menggunakan gerbong bagasi berwarna Hijau yang dalam 1 rangkaian terdiri dari maksimum 12 gerbong. Walaupun sama-sama mengangkut barang kiriman, KA Parcel umumnya jauh lebih cepat waktu tempuhnya dibandingkan KA Barang Kontainer Antaboga. KA ini biasanya disewa oleh perusahaan ekspedisi barang cepat.

Gambar 8. KA Parcel

e. KA Bahan Bakar Minyak
Merupakan KA angkutan minyak yang di sewa oleh PT.Pertamina (persero). KA ini menggunakan armada gerbong KKW, yaitu ketel curah tertutup. KA ini mengangkut Bahan Bakar Minyak (BBM) siap pakai dari depot distribusi utama pertamina untuk disalurkan menuju depot pertamina lainnya. KA BBM terdapat di Divre 1 SUmatra Utara, Divre 3 Sumatra Selatan, serta di Pulau Jawa. Untuk di Pulau Jawa sendiri melayani rute Maos - Tegal, Cilacap - Rewulu ( Avtur ), Rewulu (Kulon Progo) - Madiun, Benteng (Surabaya) - Madiun, Benteng - Malang.


Gambar 9. KA BBM

f. KA CPO
KA ini mengangkut CPO ( Crude Palm Oil ) atau bahan baku minyak goreng yang berasal dari kelapa sawit. KA CPO saat ini hanya terdapat di Divisi Regional 1 Medan. Sama seperti KA BBM, KA ini juga menggunakan gerbong KKW untuk armadanya.

Gambar 10. KA CPO