Wednesday, November 25, 2015

Railfans - Joyride KA 2 Argo Bromo Anggrek GMR - SBI

Selamat Petang netizen...
Kali ini saya akan kembali membahas kegiatan Railfans yaitu Joyride. Joyride yang saya lakukan kali ini adalah naik KA 2 Argo Bromo Anggrek ( sekarang hanya disebut Argo Anggrek ) menikmati perjalanan jalur utara Jawa Jakarta - SUrabaya di siang hari. Seperti apa sih ceritanya, yuk kita simak..

Niatan untuk Joyride KA Argo Bromo Anggrek ( ABA ) memang sudah direncanakan semenjak sebulan sebelumnya. Awalnya saya sudah memesan tiket KA 1 ABA untuk hari sabtu 14 November 2015 dan KA 156 Jaka Tinggir untuk hari minggunya, namun batal karena saya ada tugas mendadak. Nah kebetulan weekend selanjutnya tepatnya tanggal 21 dan 22 November 2015, saya ada waktu luang walau sebenarnya hari sabtu pagi sempat masuk dan akhirnya saya putuskan untuk melakukan joyride saja. Sebelum memutuskan, saya mempertimbangkan KA ABA mana yang harus saya pilih. Hal ini karena ABA yang saya incar adalah rangkaian yang retrofit terbaru, sementara itu untuk armada ABA sendiri ada 3 trainset dimana 2 adalah retrofit baru dan sisanya adalah campuran yang lama dan baru. setelah cari info dengan bertanya ke salah satu RF Senior, saya menghitung waktu rotasi rangkaian dan hasilnya bahwa KA ABA yang saya incar adalah KA 2 ( GMR - SBI ) hari Sabtu, KA 1 ( SBI - GMR ) hari Minggu dan KA 2 ( GMR - SBI ) hari minggu. Yang jadi urutan pertama incaran saya adalah KA 1 karena pertimbangan bahwa lebih mudah untuk berangkat ke Surabaya di pagi hari, kemudian sampai di Jakarta masih sore, dan banyak KA untuk balik ke arah Madiun. KA 2 lebih ribet, karena saat sampai Surabaya sudah malam, dan tidak ada KA langsung dari Stasiun Pasar Turi ke Madiun, sehingga opsinya adalah naik bus ke Madiun. Saat saya cek tiket KA 1 Hari Minggu, Astaga, ternyata full booked. Saya sempat heran, kok penuh?? padahal masih minggu pagi. Usut punya usut ternyata ada rombongan yang membooking 6 Kereta di KA 1, pantes saja penuh. Akhirnya pilihan hanya tinggal KA 2 hari sabtu dan Minggu. Untuk mengejar KA 2 hari sabtu, saya harus naik paling tidak KA Eksekutif Bangunkarta, karena jika naik Majapahit, tidak akan terkejar. Pilihan ini akan menguras dana, karena KA Keberangkatan petang hari ke arah Jakarta yang tersedia hanyalah kelas Eksekutif dengan harga tiket yang lumayan menguras dompet. Opsi KA 2 hari sabtu pun saya coret dan kebetulan juga sabtu pagi saya diminta masuk kantor sebentar karena ada kerjaan sehingga tidak memungkinkan untuk bisa berangkat jumat malam ke jakarta. Akhirnya pilihan jatuh pada KA 2 Hari Minggu. Mulailah saya menyusun opsi KA untuk berangkat, memilah-milah KA yang ingin saya naiki, hingga akhirnya saya putuskan berangkat ke Jakarta via Solo.

1. PraJoyride : Perjalanan Madiun - Solo - Jakarta
Saya baru memutuskan berangkat saat H-1 atau hari jumat. Untuk keberangkatan dari Solo, saya memilih KA 155L Jaka Tingkir karena saya sendiri belum pernah naik KA tersebut dan kebetulan KA Jaka Tingkir memang masuk dalam rencana Joyride saya yang batal seminggu sebelumnya. Karena sudah H-1 maka saya tidak bisa booking secara online. Sementara itu jam buka reservasi juga berbarengan dengan jam kerja kantor saya, sehingga saya putuskan saja beli Go Show di stasiun Purwosari saja karena seatnya masih banyak yang kosong. Sementara itu untuk menuju Solo dari madiun saya memilih KA Logawa. Hari Sabtu Pagi hari saya membuka web tiket online PT.KAI dan ternyata sisa seat KA Logawa hanya tinggal beberapa seat lagi sehingga saat berangkat kantor saya mampir dulu ke stasiun untuk membeli tiket dan Alhamdulillah masih dapat.
Siang hari jam 11.15 saya segera bergegas kembali dari kantor menuju kost dan tidak lupa mampir makan terlebih dahulu. Saya beranjak dari kost kurang lebih pukul 12.15 dan setelah berjalan kaki dengan ngebut mode ON, akhirnya saya sampai stasiun kurang lebih 5 menit kemudian, dan saat saya masuk Peron setelah boarding, ada pengumuman bahwa KA Logawa akan masuk di jalur 2, pas bener batin saya, untung ngga telat, heehhe.
Setelah KA Logawa masuk dan berhenti sempurna di Jalur 2, segera saya menuju ke kereta 3 dan masuk kedalam dan mencari seat saya yaitu di nomor 13C. Namun seat saya ditempati oleh keluarga yang membawa anak kecil, sehingga saya bertukar tempat dengan seat 14C di depannya. Nah ternyata seat 14C terletak persis didepan AC, sehingga saya merasa pusing terkena hembusan angin AC yang pas mengenai kepala saya. Dalam perjalanan sampai saya harus duduk tanpa bersandar kursi karena menghindari angin AC. Saat KA Berhenti di Sragen saya beranjak dari kursi untuk keluar sebentar dan sempat bertahan di Bordes selama beberapa menit saat KA Berjalan sebelum akhirnya kembali ke kursi saya. kurang lebih 1,5 Jam kemudian, KA Logawa masuk stasiun Purwosari dan saya pun turun. Saat itu waktu menunjukkan pukul 2 siang, dan saya langsung bergegas menuju loket penjualan langsung untuk membeli tiket KA Jaka Tingkir keberangkatan pukul 18.15. Setelah tiket didapat, ternyata waktu masih lama menuju pukul 18.15, sehingga muncul ide untuk pesan tiket KA 2 saja sambari menghabiskan waktu di stasiun Purwosari sambil menunggu rekan saya seorang RF yang sudah saya kontak sebelumnya. Setelah antri 1 jam lebih akhirnya saya mendapatkan tiket KA 2 Argo Bromo Anggrek GMR - SBI untuk keberangkatan esok harinya. Jam berangkat KA Jaka Tingkir masih lama, sedangkan temen saya belum nongol, sementara itu saya juga belum sholat Asar dan juga butuh beli perbekalan buat di kereta, sehingga saya keluar dari stasiun dan menyusuri jalan Slamet Riyadi. Alhamdulillah, saya menemukan sebuah Masjid, dan letaknya persis di samping Rel KA arah Wonogiri. Setelah saya selesai sholat, teman saya menanyakan posisi saya dan dia pun menjemput di depan masjid dan kami beranjak ke Minimarket. Ternyata teman saya ada janji, sehingga setelah dari Minimarket, kami pun langsung balik ke Stasiun dan dia pun pamit , tak lupa saya mengucapkan Terima Kasih sudah diantar ke minimarket. Jam menunjukkan pukul 5 Sore, semakin dekat dengan Jam keberangkatan KA Jaka Tingkir. Setelah saya membeli nasi bungkus, saya pun segera boarding dan duduk di ruang tunggu.
Sekitar pukul 6 petang, Rangkaian KA Jaka Tingkir pun masuk jalur 4. Saya bergegas menuju rangkaian untuk mencari seat saya yaitu di EKonomi 7 nomer 9D.
 
Gambar 1. Interior Ekonomi 7 KA Jaka Tingkir 

Ternyata penumpang di EKonomi 7 tidak terlalu banyak, Seat di depan dan sebelah saya kosong, sehingga saya bisa bebas ambil posisi yang nyaman untuk tidur. Sesuai Jadwal, KA Jaka Tingkir beranjak dari Stasiun Purwosari menuju Jakarta. Suasana Ekonomi 7 Masih lengang. Setelah selesai makan, saya menyewa bantal dan mulailah mencari posisi yg enak untuk tidur. Awalnya masih susah, namun tak terasa, saat KA berada antara stasiun Wates dan Kutoarjo, saya terlelap tidur. Saya hanya terbangun sesekali untuk ganti posisi tidur. Saya terus terlelap sehingga tanpa sadar di kursi depan saya sudah ada yang ikutan tidur juga, bahkan seingat saya, saya terbangun saat KA masuk stasiun Purwokerto dan Cirebon Prujakan, selebihnya saya tidur. Saya kembali terbangun sekitar pukul setengah 4 lebih dan ternyata KA masuk stasiun BEKASI, ternyata lelap juga tidur saya, hahahaha. Akhirnya KA Jaka Tingkir tiba di stasiun Tujuan Akhir yaitu Jakarta Pasar Senen, dan semua penumpang pun turun termasuk saya sendiri.
Di sini saya sempatkan sarapan dan kemudian mandi di Kamar Mandi umum depan stasiun Pasar Senen, setelah itu saya bergegas menuju halte Busway Central Senen untuk naik Busway menuju Stasiun Gambir.

2. Joyride : Jakarta Gambir - Surabaya Pasar Turi.
Busway yang saya naiki dari Central Senen, berhenti di halte Busway utara Stasiun Gambir, segera saya turun dan berjalan menuju Stasiun, tidak lupa saya mampir di minimarket untuk membeli cemilan dan air minum sebagai bekal dalam perjalanan naik KA nanti. Jam keberangkatan KA 2 masih lama, sehingga saya putuskan mampir sejenak di Masjid di area parkir dan setelah jam menunjukkan pukul 08.30 saya beranjak masuk ke stasiun untuk boarding dan menunggu di Peron timur antara jalur 1 dan 2  di lantai 2 ( KA Argo Bromo Anggrek memang dijadwalkan masuk di jalur 1 ).
Selama saya menunggu di peron, banyak KRL lalu lalang melewati jalur 2 dan 3. Selain itu Ada juga KA Lain yang datang dan pergi silih berganti yaitu KA Taksaka Tujuan Jogjakarta, KA Argo Parahyangan Tujuan Bandung serta KA Argo Jati tujuan Cirebon.
Gambar 2. Suasana Stasiun Gambir pagi itu

Semakin mendekati jam keberangkatan , para penumpang KA 2 Argo Bromo Anggrek mulai berdatangan memadati peron timur. Sekitar pukul 9 lebih, Announcer mengumumkan bahwa rangkaian KA ABA masih berada di stasiun Jakarta Kota dan masih dalam pemeriksaan sebelum berangkat. Jam menunjukan pukul 09.30 namun rangkaian masih belum masuk karena masih dalam perjalanan menuju Gambir. Announcer pun mengumumkan bahwa rangkaian KA masih dalam perjalanan menuju gambir sehingga sebagian penumpang mulai bersiap termasuk saya sendiri. Kurang lebih 5 menit kemudian, sang KA pun muncul dari arah utara dan memasuki jalur 1 peron timur Stasiun Gambir.
Gambar 3. Rangkaian KA 2 memasuki jalur 1


Setelah rangkaian berhenti sempurna, para penumpang pun mulai masuk ke dalam kereta termasuk saya sendiri. Saya mendapatkan tempat di Kereta Eksekutif 5 seat 10D, sehingga saya bergegas masuk ke Eksekutif 5 dan mencari nomer seat saya. Ternyata saya mendapat kereta retrofit terbaru INKA yang memang sudah saya incar sebelumnya. Interiornya sederhana namun masih terkesan elegan karena memang kelas Eksekutif.

Gambar 4. Ekterior Kereta yang saya naiki

Gambar 5. Interior Kereta Eksekutif 5 yang saya naiki

Ternyata ada yang berbeda dari kereta-kereta eksekutif yang sudah pernah saya naiki, yaitu tidak adanya Foot rest atau pijakan kaki yang biasanya ada di bagian belakang bawah kursi. Dengan tidak adanya pijakan kaki ini, jarak antar kursi terkesan lebih luas. Selain itu ternyata di jendela terdapat jarak yang lumayan lebar bahkan hampir sama dengan meja kecil atau tatakan untuk tempat menaruh botol atau gelas. Lumayan juga nih buat naruh hape dan barang-barang lain, serasa dapet tambahan meja deh , hehehe

Gambar 6. Kursi tanpa pijakan kaki

Gambar 7. Lumayan nih buat naruh Hape, hehhe


Setelah semua penumpang naik, maka KA 2 Argo Bromo Anggrek segera diberangkatkan dari jalur 1 pada sekitar pukul 09.40-an atau terlambat sekitar 10 menit dari jadwal seharusnya. KA 2 memulai perjalanannya menuju kota Surabaya yang akan ditempuh dalam waktu sekitar 9 Jam. KA 2 segera melenggang melewati stasiun-stasiun KRL seperti Gondangdia, Cikini dan Manggarai. KA 2 juga berjalan langsung melewati stasiun Jatinegara dan stasiun-stasiun KRL hingga stasiun Bekasi. DI lintas ini nampak jalur Double-Double Track ( DDT ) sudah jadi dan tinggal menunggu untuk dioperasikan.

Gambar 8. Jalur DDT Jatinegara - Bekasi

Sang Kereta terus melaju dengan gagah melewati stasiun-stasiun kecil tanpa berhenti. Kurang lebih Pada pukul 10.48 KA 2 Berjalan langsung melewati stasiun Cikampek. Lepas stasiun Cikampek, sang Kereta terus berjalan melewati stasiun-stasiun dan juga berpapasan dengan KA lain yang datang dari arah berlawanan karena memang lintas Utara Jakarta - Cirebon sudah Double Track, bahkan sekarang sudah sampai wilayah Surabaya. Saat KA 2 berjalan langsung melewati stasiun Cikaum, tampak kereta-kereta KRL yang tidak digunakan lagi teronggok disana. Ternyata Stasiun Cikaum juga digunakan sebagai "kuburan" KRL selain stasiun Purwakarta. Bedanya disini yang ditaruh rata-rata adalah KRL Ex Jepang.

Gambar 9. Bangkai KRL yang teronggok di dekat stasiun Cikaum.


Sekitar Pukul 12.23, KA 2 memasuki stasiun Cirebon ( Cirebon Kejaksan ). Disini Penumpang ada yang turun dan juga naik.
Gambar 10. KA 2 di stasiun Cirebon Kejaksan


Pukul 12.27, KA 2 kembali melanjutkan perjalanan berangkat dari stasiun Cirebon. Selepas KA Berangkat dari Cirebon, Perut terasa mulai lapar, dan ternyata memang sudah waktunya makan siang. Saya beranjak menuju Kereta Makan yang terletak persis didepan kereta yang saya naiki. Setelah bertanya kepada salah satu Prami yang ada, saya kemudian memesan Nasi Rames dan Teh manis hangat dan kemudian duduk di kursi yang ada di Ruang Makan. Tak lama kemudian, makanan yang saya pesan datang dan segera saya nikmati dengan lahap.

Gambar 11. Ruang Makan di Kereta Makan KA 2

Gambar 12. Menu Makanan yang saya pesan


Setelah selesai makan dan menghabiskan waktu beberapa menit di Kereta Makan, saya berniat kembali ke tempat duduk saya. Namun saat ingat saat berjalan menuju Ruang makan, saya sempat melihat ada Ruang Sholat Kecil di sebelah ruang kru.Bersamaan dengan membayar makanan, Saya pun bertanya kepada kru kereta makan apakah Ruang Sholat boleh dipakai penumpang dan oleh kru dipersilahkan untuk dipakai sholat. Maka saya pun berjalan menuju kamar kecil di kereta yang saya tempati untuk mengambil wudhu dan kemudian balik ke Kereta Makan untuk sholat di ruang sholat tadi.
Gambar 13. Ruang Sholat di Kereta Makan


Jam menunjukkan Pukul 14.03 ketika KA 2 memasuki stasiun Pekalongan. Disini KA 2 berhenti sebentar untuk naik turun penumpang. Kurang lebih pukul 14.06, KA 2 kembali diberangkatkan kembali dari stasiun Pekalongan.

Gambar 14. KA 2 berhenti di stasiun Pekalongan.


Perjalanan selepas Pekalongan inilah yang saya tunggu-tunggu, karena KA akan melewati jalur eksotis di pinggir pantai utara pulau jawa. Setelah KA melewati stasiun Ujungnegoro, hamparan pantai mulai terlihat di sebelah kiri arah perjalanan KA. Beruntung saya duduk di sisi kiri sehingga saya bakal bisa menikmati pemandangan eksotis ini, hehehe. Setelah KA melewai stasiun Kuripan, jalur rel semakin dekat dengan pantai, bahkan persis di pinggir pantai. Pemandangan bertambah eksotis setelah KA berjalan melewati stasiun Plabuhan, karena di jalur ini, rel benar-benar berada di pinggir pantai utara jawa. Sebenarnya jalur ini terus berkelok menyusuri pantai, namun karena pembangunan double track dan untuk meningkatkan kecepatan KA di jalur ini, maka dibangun jalur lama yang tidak terlalu menikung tajam dan juga menjauhi pantai, menembus perbukitan. disisi kiri jalur KA yang baru masih nampak bekas-bekas jalur lama yang berada di tepi pantai. Saya sendiri beberapa kali pernah merasakan eksotisme jalur lama tersebut saat masih beroperasi, namun sekarang jalur lama tersebut hanya tinggal kenangan.

Gambar 15. Hamparan Pantai Mulai terlihat

Gambar 16. Jalur Rel baru yang mengepras bukit

Gambar 17. Jalur Rel di bibir pantai

Gambar 18. Jalur Rel yang masih menyusuri bibir pantai

Gambar 19. Jalur Rel lama yang persis di bibir pantai

Gambar 20. Jembatan jalur lama yang masih belum di bongkar

Kurang lebih 15 menit, penumpang menikmati keindahan jalur KA di tepi pantai, hingga akhirnya rel KA berbelok tajam ke kanan dan menjauhi pantai dan selesailah pertunjukan eksotis khas jalur utara jawa. Sang KA terus melaju menyurusi jalur rel dan akhirnya pada pukul 15.17 KA 2 memasuki stasiun Semarang Tawang.

Gambar 21. KA 2 di Stasiun Semarang Tawang


Setelah proses naik turun penumpang maka pada pukul 15.25, KA 2 segera diberangkat kembali dari Stasiun Semarang. Sang Kereta berjalan berkelok-kelok saat keluar dari emplasemen stasiun semarang Tawang, bahkan lokomotif dan rangkaian 4 kereta terdepan bisa saya jepret dari jendela tempat duduk saya. KA 2 kembali melenggang melewati stasiun stasiun kecil selepas Semarang Tawang.

Gambar 22. KA 2 Meliuk keluar dari emplasemen stasiun Semarang Tawang


Pukul 15.50 KA 2 berhenti di Stasiun Gubug, padahal di jadwal resmi tidak tercantum, entah memang berhenti normal atau BLB ( Berhenti Luar Biasa ) saya sendiri kurang tahu. semenit kemudian KA 2 kembali berangkat dan berpacu menuju kota Surabaya. Stasiun demi stasiun dilewati. Saat KA melewati stasiun Cepu, saya sempat mengabadikan dipo Cepu beserta sang KRDI Cepu Ekspress yang sedang stabling di dalamnya. Hari bertambah sore dan mulai gelap saat KA 2 berjalan langsung melewati stasiun Babat. Hari semakin malam dan sang KA pun terus berpacu untuk segera sampai ke Surabaya. Akhirnya pukul 18.54, KA 2 Argo Bromo Anggrek tiba di stasiun tujuan akhir, Stasiun Surabaya Pasar Turi, setelah menempuh perjalanan kurang lebih 9 jam 14 menit dari Jakarta Gambir. Ternyata banyak juga penumpang yang turun disini. Saya segera bergegas menuju pintu keluar dan mencari teman saya yang juga kebetulan RF yang menjemput saya di depan stasiun.

Gambar 23. KA 2 tiba di stasiun Surabaya Pasar Turi


Akhirnya selesai sudah perjalanan Joyride Jakarta - Surabaya dengan menggunakan KA 2 Argo Bromo Anggrek. Berikut rangkuman jam datang dan berangkat KA 2 di beberapa stasiun :

Gambar 24. Statistik waktu perjalanan KA 2 Argo Bromo Anggrek


3. Pasca Joyride : Perjalanan Surabaya - Madiun
Waktu menunjukkan hampir pukul 7 malam, ketika saya bertemu teman RF di depan stasiun. Kami segera beranjak dari stasiun, dan menuju daerah Jalan Sudirman. Awalnya saya bimbang antara memilih naik KA lokal KRD Kertosono atau Naik Bis. Akhirnya saya putuskan naik bis saja, sehingga saya diantar sampai di Jl. Sudirman untuk kemudian menyegat bis kota ke arah terminal Purabaya Bungurasih. 15 menit-an saya menunggu, dan akhirnya bis kota Damri Patas AC pun datang. Saya dan 2 orang yang juga menunggu pun segera naik dan bis melaju menuju Terminal Bungurasih. Sesampainya di Terminal, saya makan terlebih dahulu dan kemudian bergegas menuju area keberangkatan Bis AKAP ( Antar Kota Antar Propinsi ). Saya memilih bis PO. Sumber Selamat tujuan Jogja yang memang melewati terminal Madiun. Sekitar pukul 20.30, Bis pun berangkat dari Terminal Bungurasih. Bis yang saya naiki ini ternyata lumayan kencang jalannya, apalagi ketika malam semakin larut. Setelah saya membayar uang tiket senilai 26 ribu, saya mencoba untuk tidur, dan alhasil saya pun sempa terlelap bahkan sampai 2 kali hingga akhirnya saya tiba-tiba kaget saya sang kernet berteriak bahwa Bis akan masuk Terminal Madiun. Sekitar pukul 11.55 Bis yang saya naiki pun tiba di terminal Madiun. Saya turun dan segera melanjutkan perjalanan ke kost dengan ojek.
Dan selesai sudah agenda Joyride kali ini, yang ditempuh dalam waktu 36 Jam persis ini. Saya pun segera terlelap di kasur empuk saya setelah sehari sebelumnya saya tidur di kursi kereta. Total saya menggunakan 3 KA dan 1 Bis dalam Joyride kali ini.



Demikian cerita perjalanan Joyride saya kali ini. Semoga bermanfaat dan bisa memberi gambaran seperti apa rasanya naik KA Argo Bromo Anggrek di siang hari dan rasakan sensasi pemandangan eksotis di tepi pantai utara Jawa :D









Thursday, November 19, 2015

Ilmu Kereta - Mengenal sistem propulsi pada Kereta Api

Selamat malam netizen, kembali kita bertemu lagi di blog ini. Malam ini saya akan kembali membahas soalan teknis Ilmu Kereta. Kali ini saya akan membahas mengenai sistem propulsi atau sistem penggerak yang sekarang umum di gunakan pada Kereta Api. Pengen tahu seperti apa sih sistem propulsi pada kereta api itu ?? yuk kita bahas..

Sebagai salah satu dari jenis kendaraan yang dapat bergerak sendiri, Kereta Api juga mempunyai sistem penggerak atau yang dikenal dengan sistem propulsi yang akan menggerakkan roda-roda kereta sehingga Kereta api bisa berjalan. Sistem propulsi ini bisa terdapat pada lokomotif atau Kereta Multiple Unit seperti KRD / KRL. Sistem Propulsi juga mengalamai perkembangan yaitu pada awal mulanya dengan menggunakan mesin uap hingga kemudian berkembang menjadi mesin konverter elektrik yang canggih dan modern seperti yang banyak dipakai sekarang ini. Pada bahasan ini akan di jabarkan sistem propulsi modern yang saat ini umum atau masih di gunakan. Untuk mesin uap sudah dibahas pada bahasan sebelum ini yaitu pada Lokomotif Uap. kali ini kita akan membahas mengenai Sistem propulsi Elektrik, Diesel Elektrik dan Diesel Hidrolik.

1. Sistem Propulsi Elektrik
Sistem Propulsi Elektrik pada umumnya dipakai pada KRL dimana sumber tenaganya diperoleh langsung dari kabel Catenary atau LAA ( Listrik Aliran Atas ) melalui perantara Pantograph. Pada sistem ini, terjadi perubahan bentuk energi yaitu dari energi listrik menjadi energi mekanik yang digunakan untuk menggerakkan roda kereta. Tegangan listrik sebagai sumber daya utama akan digunakan untuk memutar motor listrik melalui perantara konverter atau komponen pengubah level tegangan lain. Komponen utama pada Propulsi Elektrik adalah Motor listrik atau Motor Traksi dan Drive System. Dalam perkembangannya, tegangan yang digunakan dapat berupa tegangan searah ( DC ) atau bolak-balik ( AC ) begitu pula dengan Motor Listriknya.
 
a. Motor Listrik ( Motor Traksi )
Pada Kereta Api, Motor listrik disebut juga dengan Motor Traksi, karena pada motor listrik inilah tertumpu tenaga traksi untuk menggerakkan kereta. Motor Traksi yang di gunakan pada Kereta Api ada beberapa macam yaitu mulai dari Motor DC, Motor AC hingga yang paling modern adalah Motor Linier yang dipakai pada kereta Maglev. Motor DC tipe seri sebenernya merupakan motor listrik yang paling cocok dipergunakan sebagai motor traksi dikarenakan karakteristik torsi start yang tinggi. Namun dikarenakan perlunya perawatan yg intensif, maka motor traksi bergeser menggunakan motor AC yang lebih mudah perawatannya dan lebih mudah juga dalam pengendaliannya.

Gambar 1. Motor Traksi
( sumber : http://www.yonge.chinacnr.com/yonge/english/uploadfile/200992317474476520.jpg )

b. Drive Control System ( Converter )
Untuk bisa menggerakkan sekaligus mengendalikan putaran motor traksi maka diperlukan komponen yang disebut Drive Control. Drive Control untuk motor DC dan Motor AC berbeda. Untuk Drive Control motor DC yang umum adalah menggunakan resistor control dan DC Chopper atau Converter DC to DC. Pada Resistor Control, resistansi yang akan diatur sehingga terjadi perubahan tegangan motor DC yang terhubung seri dengan resistor. Selain bisa dikendalikan secara step-less, Resistor Control juga bisa dibagi dalam beberapa step yang masing-masing dikendalikan oleh kontak relay powering atau Nocthing Relay. Sementara untuk DC Chopper, digunakan mekanisme Switching tegangan DC yang akan menghasilkan tegangan output DC yang berubah-ubah tegangannya sehingga bisa dihasilkan kecepatan putar motor DC yang berbeda.

Gambar 2. Sistem Drive Control motor DC dengan Resistor
Gambar 3. Sistem Drive Control motor DC dengan DC-DC Converter / DC Chopper

Sementara Drive Control untuk motor AC menggunakan Converter DC ke AC yang disebut sebagai Inverter. Pada Inverter, tegangan input berupa tegangan DC akan diubah menjadi tegangan AC melalui proses switching. Tegangan AC yang dihasilkan akan memiliki frekuensi dan tegangan yang bisa berubah sehingga dapat menghasilkan putaran motor yang berubah pula sehingga pada umumnya Inverter yang digunakan untuk drive motor disebut sebagai VVVF Inverter ( Variable Voltage Variable Frequency Inverter ).

 
Gambar 4. Sistem Drive Motor AC dengan VVVF Inverter

Apabila sumber tenaga utama yang didapat dari kawat catenary adalah tegangan AC, maka harus ditambahkan terlebih dahulu Rectifier atau penyearah tegangan yang akan merubah tegangan AC menjadi tegangan DC sehingga bisa digunakan sebagai input Inverter. Dan apabila tegangan AC catenary terlalu tinggi maka diperlukan lagi komponen penurun tegangan yang biasa disebut sebagai Step Dwon Transformer agar tegangan yang masuk ke rectifier tidak terlalu tinggi.

Gambar 5. Sistem Drive motor DC dengan sumber Catenary AC

 Gambar 6. Sistem Drive motor AC dengan Sumber Catenary AC

c. Pantograph
Agar bisa mendapatkan aliran arus listrik dari catenary atau kawat Listrik Aliran Atas ( LAA ), maka di gunakan komponen yang disebut pantograph atau Current Collector. Pada pantograph terdapat kontak dengan kawat LAA yang menggunakan bahan karbon sehingga di sebut sebagai carbon strip. Carbon strip akan terus menerus bergesekan dengan kawat LAA dengan tetap meneruskan arus listrik dari kawat menuju sistem kelistrikan kereta. Pantograph ini dapat dinaik-turunkan baik dengan tenaga pegas maupun udara tekan. Saat bekerja, pantograph pada posisi Naik ( Rise ) dan apabila Kereta dalam kondisi OFF dapat diturunkan dan kemudian dilakukan perawatan yaitu melakukan penggantian carbon strip jika memang sudah tipis.

Gambar 7. Pantograph pada KRL

2. Sistem Propulsi Diesel Elektrik
Sistem Propulsi Diesel Elektrik pada dasarnya merupakan pengembangan dari Sistem Propulsi Elektrik yaitu dengan menambahkan Mesin Diesel dan Generator/Aternator sebagai sumber pembangkit tenaga listrik. Setelah itu daya listrik akan diteruskan ke Converter dan Motor Listrik. Jadi pada dasarnya Propulsi Diesel Elektrik adalah hampir sama dengan Propulsi ELektrik namun catu dayanya berbeda yaitu tidak melalui catenary dan Pantograph melainkan Mesin Diesel dan Generator / Alternator. Sistem Propulsi ini dipakai oleh Lokomotif maupun KRD.
a. Sistem Transmisi daya DC-DC
Sistem DC-DC adalah Sistem Propulsinya menggunakan Generator DC dan Motor DC. Dikarenakan sumber daya yang digunakan adalah tegangan DC maka di gunakan DC to DC Converter atau DC Chopper untuk menggerakkan motor traksinya. Sistem ini masih dipakai pada beberapa lokomotif generasi lama yaitu GE Dash 8, GE Dash 7. Di Indonesia juga masih terdapat lokomotif dengan sistem ini yaitu seri CC201 ( GE U18C ) dan CC203 ( GE U20C ) yang masih beroperasi hingga sekarang. Sistem ini memiliki daya yang tidak terlampau tinggi yaitu dibawah 3000 HP.

Gambar 8. Diesel Elektrik dengan Sistem Transmisi DC-DC

Gambar 9. Lokomotif seri CC201 ( GE U18C ) dengan sistem DC-DC

b. Sistem transmisi daya AC-DC
Semenjak berkembangnya Silicon Rectifier berkapasitas tinggi pada era tahun 1960-an, maka Generator DC mulai diganti dengan Alternator AC sehingga muncullah sistem AC-DC dimana motor traksinya tetap menggunakan motor DC. Keuntungan dari penggunaan Alternator adalah naiknya kehandalan lokomotif, daya yang lebih tinggi serta turunnya biaya perawatan generator karena tidak adanya komutator dan sikat pada Alternator AC. Tegangan yang terbangkit dari Alternator akan disearahkan oleh Rectifier dan kemudian akan diteruskan ke DC to DC Converter untuk menggerakkan Motor Traksi. Alternator AC menghasilkan lokomotif dengan daya yang lebih besar dari pada lokomotif dengan generator DC yaitu dapat menghasilkan daya hingga 3000HP keatas. Lokomotif dengan sistem ini diantaranya adalah GE seri Dash 9 sedangkan di indonesia adalah lokomotif seri CC204 ( GE C18mmi,GE C20EMP ) dan  CC202 ( EMD G26 series )
Gambar 10. Diesel Elektrik dengan Sistem Transmisi AC-DC

Gambar 11. Lokomotif CC202 ( EMD G26 series ) dengan sistem AC-DC

c. Sistem transmisi daya AC-AC
Pada akhir 1980-an, VVVF Inverter mulai dikembangkan dan digunakan sebagai Drive motor AC. Oleh karena itu motor traksi yang semula adalah motor DC mulai digantikan dengan motor AC. Motor AC lebih mudah dikendalikan melalui VVVF Inverter dan juga lebih ringan dalam perawatan karena sudah tidak ada lagi komutator dan brush. Sistem ini menghasilkan drive sistem yang lebih efisien dan handal. Lokomotif terbaru GE dan juga EMD ( sekarang Progress Rail ) rata-rata sudah menggunakan sistem AC-AC yaitu seri GE ES44AC, GE ET44AC, EMD SD70, EMD SD80 dsb. Sementara di Indonesia, lokomotif yang sudah menggunakan sistem AC-AC adalah seri CC205 ( EMD GT38ACe ). Selain lokomotif, sistem AC-AC juga sudah banyak digunakan pada Kereta Rel Diesel Elektrik ( KRDE ) diantaranya di Indonesia yaitu pada C-KRDE Prameks dan KRDE Surokerto.
Gambar 12. Diesel Elektrik dengan Sistem Transmisi AC-AC
 
 Gambar 13. Lokomotif CC205 ( EMD GT38ACe ) dengan sistem AC-AC

Gambar 14. KRDE AC ex BN-Holec dengan sistem AC-AC

3. Sistem Propulsi Diesel Hidrolik
Sistem Propulsi Diesel Hidrolik merupakan sistem transmisi yang menggunakan torque converter dengan fluida sebagai medianya yang dikombinasikan dengan gear dan mechanical drive untuk menyalurkan daya dari Mesin Diesel menuju roda. Torque Converter pada dasarnya adalah suatu tipe kopling fluida yang digunakan untuk mentransfer daya putar dari suatu prime mover seperti mesin diesel atau motor listrik menuju suatu beban gerak yang berputar.

Gambar 15. Diagram sederhana Torque Converter
( sumber : http://www.railmotorsociety.org.au/images/htc_page_00.gif )

a. Hydrokinetic Transmission ( atau Hydrodynamic Transmission / Transmisi Hidrodinamik )
Hydrokinetic Transmission merupakan tipe Transmisi Hidrolik yang digunakan sebagai traksi penggerak kereta api. Hydrokinetic Transmission menggunakan suatu torque converter. Suatu Torque Converter terdiri dari 3 komponen utama, 2 diantaranya berputar dan satu mempunyai suatu mekanisme kunci yang mencegah putaran balik dan menambah torsi output dengan mengarahkan kembali aliran oli pada output RPM Rendah. Ketiga komponen tersebut tersimpan rapat didalam suatu housing yang terisi oli.
Mesin Diesel akan memutar poros input Torque Converter. Apabila Tourque Converter mendapat sinyal enable traction, maka terjadi filling atau pengisian fluida oli didalam Torque converter sehingga poros ouput akan berputar dan menggerakan cardan shaft atau gear box yang terhubung dengan roda. Hydrokinetic atau Hidrodinamik banyak diaplikasikan pada Lokomotif maupun Kereta Rel Diesel.

 Gambar 16. Transmisi Hidrodinamik Voith DIWA
( sumber : http://www.voith.com/en/DIWA.5_schnitt_e.png )

b. Hydrostatic Transmission
Hydrostatic Transmission / Transmisi Hidrostatik adalah sistem drive hidrolik yang menggunakan Hydrostatic Hydraulic Drive System. Hydrostatic mengarah pada transfer energi dari aliran dan tekanan, bukan pada energi kinetik dari aliran fluida. . Hydraulic Drive Sistem terdiri dari pompa hidrolik yang digerakkan oleh Motor Listrik atau Mesin Diesel ; Katup, Filter, Pipa dsb sebagai pengarah dan kontrol sistem ) dan aktuator seperti motor hidrolik atau silinder hidrolik untuk menggerakkan mesin/alat.
Transmisi Hidrostatik pada dasarnya digunakan terbatas untuk lokomotif langsir yang kecil atau digunakan untuk keperluan non traksi seperti menggerakkan kipas radiator atau Alternator auxillary.

Lokomotif di Indonesia yang menggunakan Propulsi Diesel Hidrolik ( Transmisi Hidrodinamik ) adalah Lokomotif seri BB30x dan D30x yaitu Pabrikan Krupp - Jerman ( kelas D300, D301, BB301 dan BB304 ), Henschell - Jerman ( kelas BB302, BB303 dan BB306 ). Saat ini Pabrikan yang masih aktif memproduksi lokomotif Diesel Hidrolik adalah Vossloh - Jerman dan Juga PT.INKA Madiun yang memproduksi lokomotif CC300

Gambar 17. Lokomotif Diesel Hidrolik produksi Vossloh
Gambar 18. Lokomotif Diesel Hidrolik seri CC300 produksi PT. INKA

Sementara itu untuk KRD yang menggunakan sistem transmisi ini adalah KRD MCW ex Nipon Sharyou yang telah di repowering dan juga KRDI produksi PT. INKA Indonesia.

Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Diesel_locomotive, https://en.wikipedia.org/wiki/Hydraulic_drive_system, https://en.wikipedia.org/wiki/Torque_converter